Tuesday 4 October 2016

Keadilan Allah utk Seorang Penggembala

Seorang pemuda yg masihlah jejaka nampak demikian kelelahan & kehausan. Maka selama tiba di disuatu oase yg bening airnya bersama tanaman rindang disekelilingnya, Penunggang Kuda itu menghentikan kudanya & turun ditempat tersebut. Ia berbaring, dulu meletakkan satu buah bungkusan disampingnya.

Matahari teramat terik, tetapi disitu amat sangat teduh, maka tidak dengan sengaja beliau tertidur pulas sesudah memuaskan dahaganya bersama meminum air bening di oase tadi.

Ketika dia terjaga, matahari mulai sejak cenderung. Ia sedang menguber saat dikarenakan ibunya sakit keras. Tampaknya dia anak seseorang yg tajir raya, nampak dari pakaiannya yg mewah & kudanya yg mahal. Dengan tergesa-gesa dia melompat ke punggung kuda & bungkusannya tertinggal dikarenakan dirinya cuma berpikir utk langsung tiba dirumah menunggui ibunya yg sedang sekarat. Bapaknya telah wafat dibunuh orang beberapa th yg lalu.

Tidak lama sesudah dirinya meninggalkan ruangan tersebut, satu orang penggembala melalui ditempat tersebut. dia terkesima menonton ada suatu bungkusan kain tergeletak di bawah pohon. Diambilnya bungkusan itu, dulu dibawanya pulang kegubuknya yg buruk.

Alangkah gembiranya hati si anak gembala tersebut selagi menyaksikan bungkusan tersebut nyata-nyatanya isinya emas & perak yg amat bernilai. Ia yatim piatu & masihlah mungil maka penemuan itu di anggapnya yakni hadiah baginya.

Tak berapa lama, seseorang kakek yg telah bungkuk berlangsung terseok-seok lewat oase tadi. Karena kelelahan beliau beristirahat di bawah pohon yg rimbun. Belum pernah ia

melepas lelah, anak jejaka penunggang kuda yg tertidur diawal mulanya di bawah pohon tadi datang hendak membawa bungkusan yg tertinggal.

Tatkala dirinya hingga, alangkah terkejutnya pemuda tersebut menyaksikan bahwa dipohon tersebut tak lagi menemukan bungkusan kain. Yang tampak hanyalah satu orang kakek. Maka

pemuda itu bersama nada keras tanya pada si kakek, "Mana bungkusan yg tadi disini ?"

"Saya tak tahu," jawab kakek dgn gemetar.

"Jangan bohong !" bentak si Pemuda.

"Sungguh, ketika aku tiba disini, tak ada apa-apa kecuali kotoran kambing". jawab si kakek.

"Kurang ajar ! Kamu ingin mempermainkan saya ? Pasti engkau yg membawa bungkusanku & menyembunyikan di satu buah ruang .. Ayo kembalikan !"

"Bungkusan itu baru kuambil dari sohib ayahku yang merupakan warisan yg sudah dititipkan ayahku kepadanya buat diserahkan kepadaku apabila saya telah dewasa, adalah sekarang

ini. Kembalikan !" lanjut si Pemuda

"Sumpah tuan, aku tak tahu," sahut kakek tersebut semakin ketakutan.

"Kurang ajar ! Bohong ! Ayo serahkan kembali. Bila tak ,tahu rasa kelak hardik Pemuda tadi.
cream pemutih wajah
Karena kakek itu tak tahu apa-apa, maka dia terus bersikeras tak menyaksikan bungkusan tersebut. Si Pemuda tak dapat bisa mengendalikan kemarahannya lagi. Dicabutnya

pedang pendek dari pinggangnya & hasilnya kakek tadi di bunuhnya. Setelah itu dia mencari kesana-kemari mencari bungkusan yg dirinya tinggalkan. Akan tapi tak ditemukan. Setelah itu dia naik ke punggung kuda & memacunya ke rumahnya dgn perasaan geram & kecewa.

Berita ini ditanyakan pada Nabi Musa oleh salah seseorang muridnya. "Wahai Nabiyullah, bukankah narasi tersebut justru menunjukan ketidak adilan Allah ?"

"Maksudmu ?" bertanya Nabi Musa.

"Kakek itu tak berdosa namun menanggung malapetaka yg tak layak diterimanya. Sedangkan si anak gembala yg mengantungi harta tadi malah bebas tak meraih balasan yg setimpal".

"Menurutmu Tuhan tak adil ?" papar Nabi Musa terbelalak.

"Masya Allah. Dengarkan baik-baik latar belakang ceritanya". Kemudian Nabi Musa pun bercerita.

"Ketahuilah, dulu ada satu orang petani hartawan dirampok seluruhnya perhiasan harta benda miliknya oleh dua orang bandit yg kejam. sesudah sukses merampok, harta itu dibagi dua oleh perampok tersebut. Dalam pembagian harta rampokan tersebut berjalan kecurangan oleh salah seseorang bandit yg tamak maka harta rampokkan tersebut dikuasainya sendiri sesudah membunuh kawannya. Bandit yg tamak itu ialah kakek yg di bunuh oleh pemuda tadi. Sedangkan bandit yg dibunuh oleh kakek itu yaitu ayah dari pemuda yg membunuh kakek tadi. Disini berarti nyawa di bayar nyawa. Sedangkan petani yg hartawan itu merupakan ayah dari si pemuda gembala tadi yg membawa bungkusan kain tadi. Itulah keadilan Tuhan. Harta ketajiran sudah kembali pada yg mempunyai hak & kriminal dua bandit tadi sudah meraih balasan yg setimpal. Meskipun peristiwanya tak terjadi pas kepada masanya".

Refleksi Hikmah :

Marilah kita menyaksikan sejenak ke belakang. Ke musim dulu. Apakah kita sempat melaksanakan satu buah kesalahan ? Minta maaf lah. & carilah ridho dari orang yg sempat kita dzalimi. Mungkin bukan kita yg dapat merasakan resiko jelek kesalahan kita. dapat menjadi anak kita maupun cucu cucu kita.

Apapun yg telah kita melaksanakan entah itu merupakan satu buah kebaikan maupun suatu keburukan. Pasti bakal ada balasan yg setimpal bagi para pelakunya.